Rabu, 12 Januari 2011

Teori Transformasi
1. Pengertian transformasi dalam arsitektur
Transformasi dapat diartikan sebagai perubahan bentuk yaitu perubahan bentuk dari deep structure yang merupakan struktur mata terdalam sebagai isi struktur tersebut ke surface structure yang merupakan struktur tampilan berupa struktur material yang terlihat. Menrut Josef Prijotomo dalam Rahmatia 2002, apabila di indonesiakan kata Transformasi dapat disepadankan dengan kata pemalihan, yang artinya perubahan dari benda asal menjadi benda jadiannya. Baik perubahan yang sudah tidak memiliki atau memperlihatkan kesamaan atau keserupaan dengan benda asalnya, maupun perubahan yang benda jadiannya masih menunjukan petunjuk benda asalnya.
Adapun kategori transformasi dalam desain yaitu :
a. Desain pragmatic
Desain pragmatic menggunakan bahan dasar material, seperti tanah, batu, batang pohon, ranting-ranting, bambu kulit binatang atau kadang salju. Proses yang dilakukan dengan cara trial and error hingga memunculkan suatu bentuk yang terlihat melayani tujuan desainer. Kebanyakan bentuk bangunan sepertinya dimulai dari cara ini. Desain ini digunakan dalam desain dengan material baru. Usaha besar-besaran adalah contoh yang sangat baik dan usaha ini masih digunakan ketika akan menggunakan bahan material baru, seperti plastic air houses dan struktur suspension. Baru pada akhir-akhir ini, setelah dua decade desain pragmatic, dasar-dasar teori untuk desain struktur semacam mulai muncul. Dengan demikian suatu desain akan mengalami transformasi pragmatic ketika desain tersebut memiliki kriteri dengan menggunakan bahan material sebagai dasar pengolahan bentuk desainnya atau sebagai raw materialnya.
b. Desain typologic
Desain topologic dimulai dari mental image yang telah fiks dari bentuk-bnetuk bangunan yang telah dikenal sebagai solusi terbaik untuk penggunaan material yang telah dikenal sebagai solusi terbaik untuk penggunaan material yang didapat di sebagian tempat dengan bagian iklimnya, rumah yang mewujudkan gaya hidup, mekanisme arsitektur primitive dan vernakuler tetapi masih digunakan oleh arsitek-arsitek yang kurang dikenal dalam mengikuti desain-desain dari form givers. Desain ini juga menyertakan fakta budaya sebagai bagian mental image. Sering digunakan penggunaan budaya primitif seperti legenda, tradisi yang menggambarkan adaptasi mutual dengan menempatkannya diantara way of life dan bentuk bangunan.
Dengan demikian suatu desain akan mengalami transformasi typologic ketika desain tersebut memiliki kaitan budaya suatu daerah, memberikan image tentang daerah atau budaya tertentu.
c. Desain Analogical
Desain analogical menggambarkan visual analogi ke dalam solusi permasalahan desain seseorang. Ada alas an simbolik untuk ini, analogi juga memperlihatkan mekanisme arsitektur yang kreatif. Pada abad ke-20 sangat banyak arsitektur yang digambarkan pada lukisan dan sculpture sebagai sumber analogi, tetapi analogi dapat juga menjadi gambaran seseorang (personal analogy) dan konsep abstract filosophical (sebagai sebuah hadirnya keasyikan yang tidak ditentukan).
Desain analogi memerlukan penggunaan beberapa medium sebagai sebuah gambaran untuk menerjemahkan keaslian kedalam bentuk-bentuk barunya. Beberapa desain analogi seperti gambar, model atau program computer akan mengambil alih dari desainer dan mempengaruhi jalan desainnya.
Dengan demikian suatu desain akan mengalami transformasi analogical ketika desain tersebut memiiki kriteria penggambarantentang sesuatu hal. Hal ini dapat berupa benda, watak atau kejadian.
d. Desain Canonic
Desain canonic (geometri) didasari dari grid-grid dan axis dari gambaran desain awal. Hal ini menjadikan usaha untuk menyamai atau melebihi pekerjaan-pekerjaan besar dari system-sistemproporsi. Tinjauan bentuk-bentuk mengenai seni dan desain yang dapat disokong oleh system-sistem proporsional ini diterima dari Geometri Greek (Phytagoras) dan filsuf klasik (seperti Plato). Pada abad kedua puluh ini banyak desain yang berdasar pada persepsi serupa, seperti system modular, koordinasi dimensional, bangunan bersistem fabrikasi. Namun teknik baru matematikal bnayak disukai oleh para desainer untuk mendorong lebih lanjut ketertarikan ini.
Sehingga suatu desain akan mengalami transformasi canonic ketika desain tersebut menggunakan pendekatan geometrical sebagai raw materialnya baik itu dalam system konvensional maupun system komputasi.


2. Saluran-saluran transformasi
Untuk mencapai keempat moda transformasi diatas ada beberapa saluran yang dapat dilalui, yaitu :
a. Material
Penggunaan material bangunan dipilih berdasarkan konsekuensi bahwa material tersebut dapat system struktur dan penataan fungsi. Konsekuensi ini menimbulkan suatu penataan dan struktur yang berdasar material, misalnya system modular. Namun pemilihan bahan juga dapat mempengaruhi tampilan arsitektur, misalnya mengenai tekstur pada eksterior maupun interior, detil finishing dan sebagainya.
Namun begitu pemilihan material ini cenderung memilih yang paling gampang didapatkan di daerah tempat karya tersebut dibuat.
Kriteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Material
Transformasi : - Penggunaan teknologi
- Eksplorasi sifat bahan
Alat : Bidang permukaan, tampak, massa
Tampilan visual : - Penonjolan tekstur bahan
- Penonjolan system konstruksi
- Penampilan sifat bahan
b. Pemalihan
Berdasarkan strategi pembentukannya, terdapat tiga macam transformasi, pertama adalah strategi tradisional sebagai evolusi progresif dari sebuah bentuk melalui penyesuaian langkah demi langkah terhadap batasan-batasan eksternal, internal dan artistic.
Pembentukan kedua adalah dengan peminjaman dari objek-objek lain dan mempelajari property dua dan tiga dimensinya sambil terus menerus mencari kedalaman interpretasi dengan memperhatikan kelayakan aplikasi dan validitasnya. Transformasi peminjaman ini adalah pemindahan rupa dan dapat pula dikualifikasikan sebagai metaphor rupa.
Pembentukan yang ketiga adalah dekonstruksi atau dekomposisi, yaitu sebuah proses dimana susunan yang ada dipisahkan untuk mencari cara baru dalam kombinasinya dan menimbulkan sebuah kesatuan baru dan tatanan baru dengan strategi structural dan komposisi yang berbeda. Dalam melakukan transformasi ada empat tahapan yang dilalui untuk dapat mengakomodasi kepentingan perancang dan klien. Pertama pernyataan visual dari keragaman pendekatan konseptual terhadap permasalahan melalui semua dokumen. Kedua, evolusi terhadap ide-ide untuk dapat memilih yang paling memuaskan semua pihak sebagai alternative optimal dan dijadikan dasar untuk transformasi berikutnya. Ketiga adalah transformasi alternative sebagai optimalisasi dari keseluruhan dan bagian-bagian sebuah objek. Terakhir adalah mengkomunikasikan hasil akhir dari suatu transformasi kepada orang lain sehingga dapat dibaca dan dipahami, kemudian diterima dan dibangun.
Kriteria saluran transformasi adalah :
Tema : Fungsi, bentuk
Transformasi : Evolusi tradisional, pemecahan (break), pengirisan
(cut), pembagian (segment), penambahan (addition), pergeseran (friction), pengumpulan ( accumulation), penumpukan (stracking), penembusan (penetration), penjalinan (interlacking), pertautan (meshing), peminjaman, pemindahan rupa, dekonstruksi.
Alat : Massa, bentuk permukaan, detil
Tampilan visual : - simetri-asimetri
- Regular- irregular
c. Eksotik dan multicultural
Eksotik memiliki dua pengertian, pertama adalah eksotik dalam hal fisik dan yang kedua adalah eksotik dalam metafisik. Eksotik secara fisik mempunyai konotasi geografik, yaitu berkaitan dengan suatu tempat yang berada di luar lingkungan seseorang, semakin jauh semakin kuat daya eksotiknya. Sedangkan eksotik metafisik memiliki eksotik konotasi negatif. Eksotik metafisik untuk menjaga sesuatu dari kejauhan, mengacaukan pikiran, menghilangkan orientasi atau membuat rusak pribadi seseorang. Oleh karena itu dalam karya rancangan harus dapat memuat pemahaman tentang masyarakat, iklim, material, metode konstruksi dan teknik-teknik yang terdapat dalam tempat asing yang dirancang tersebut.
Kriteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Keganjilan fenomena, pertautan budaya, sejarah
Transformasi : Peniruan, perpaduan
Alat : Site, material, detil
Tampilan visual : Suasana, symbol
d. Kompleksitas dan kontradiksi
Dalam kompleksitas dan kontradiksi bahan mentah yang ditransformasikan dapat bermula dari aspek kesejarahan ataupun seni-seni popular. Sedangkan alat yang digunakan akan lebih sering menggunakan elemen-elemen yang biasa dikenal atau elemen-elemen konvensional.
Secara sederhana kompleksitas arsitektur ditandai dengan adanya penggunaan elemen-elemen baik itu dalam wujud bidang, bentuk, warna atau kegunaan atau yang lain yang beraneka. Penggunaan ini merupakan penggunaan secara bersama-sama untuk membentuk sebuah komposisi tanpa menghilangkan sifat asli dari elemen-elemen dasar tersebut. Namun jika elemen-elemen dasar tersebut telah mampu melebur menjadi suatu bentuk jadian yang berubah dari sifat dasarnya, maka bukan sekedar kompleksitas yang terjadi terjadi tetapi lebih merupakan sebuah kontradiksi.
Bentuk-bentuk transformasi yang memungkinkan antara lain merupakan penerapan kaidah-kaidah tersebut. Seperti adanya kompleksitas bentuk atau both-and dan kompleksitas fungsi atau double function.
Kriteri saluran transformasi ini adalah :
Tema : Elemen bangunan sejarah, seni popular
Transformasi : Pembaruan, pengironian
Alat : - Elemen-elemen bangunan konvensional
- Elemen-elemen yang telah biasa dikenal
Tampilan visual : Simbolik
e. Historicism dan preseden
Batasan kreasi pada bangunan dalam bingkai historicism adalah perolehan pengetahuan dari budaya, teknologi dan filosofi. Penggunaan historicism harus meliputi referensi sejarah yang benar.
Preseden dari waktu yang telah lewat mungkin tidak lagi relevan dengan budaya sekarang atau dengan faktor lain di jaman sekarang. Untuk itu setiap budaya harus diposisikan dalam bingkai waktu tertentu. Walaupun begitu menghindari preseden dalam waktu tertentu akan dapat menghilangkan proses desain pada kesempatan evolusi yang baik. Untuk itu perlu dihindari karya-karya yang bersifat tiruan dan jiplakan supaya terhindar pula dari karya-karya yang berapresiasi rendah. Sekalipun karya yang dihasilkan akan bersifat eklektik namun hal ini dapat dicapai dengan unsure-unsur kontekstual dengan mempertimbangkan makna primordialnya. Penggunaan aspek budaya, teknologi dan filosofi dimana harus memiliki referensi sejarah yang benar dan preseden yang tepat.
Kriteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Bangunan sejarah, artefak
Transformasi : Evolusi
Alat : Denah, tampak, suasana
Tampilan visual : Eklektik, kontekstual, primordial

f. Imagery, Mimesis, Literality
Terdapat sebuah dugaan dalam Arsitektur bahwa peniruan tidak dapat menciptakan kreatifitas. Peniruan adalah sebuah konsep peminjaman dan asal mula, telah melalui controversial sejarah dalam arsitektur.
Kreatifitas dalam interpretasi literal, yaitu mitasi dengan dasar imajinasi spesifik tidak dapat dilarang, yang perlu diantisipasi adalah seorang Arsitek salah memperkirakan potensi perasaan untuk merasakan dan melihat konsep-konsep diluar interpretasi yang dimaksud karena pada kenyataannya apa yang terlihat sering menutupi apa sebenarnya.
Tidak dapat disangkal bahwa kemungkinan eksplorasi desain dapat melalui imitasi, derivasi sampai eklektisasi. Karya yang baik akan mengangkat arsitektur ke tingkat mimetic art yang lain sebagai bagian yang esensial dalam hidup dan membuang literality dan devirasi yang dangkal.
Krieteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Elemen morfologi, style
Transformasi : Peniruan, peminjaman, derivasi
Alat : Massa, tampak
Tampilan visual : - Kemiripan visual
- Penonjolan makna haarfiah
g. Metaphora
Kekuatan metaphor akan menjadi bantuan dasar bagi imajinasi karena memungkinkan untuk pengujian dan pengembangan imajinasi dan fantasi perancang. Dengan demikian metaphora ini akan menjadi resep tambahan yang memperluas dan memperdalam kemampuan fantasi dan imajinasi perancang.
Secara luas metaphora dapat dikategorikan dalam tiga hal : pertama, metaphora yang tidak dapat diraba, yaitu penciptaan konsep, ide, kondisi manusia atau jumlah kasus. Kedua adalah metaphora yang dapat diraba yaitu mengacu pada beberapa visual atau sifat material seperti sebuah rumah yang berupa kastil. Sedangkan yang ketiga adalah metaphora kombinasi dari keduanya yaitu antara konsep dan visual saling tumpang tindih sebagai resep dari titik awal dan visual digunakan untuk mengawasi nilai.
Dari ketiga metaphora tersebut dapat dibedakan lebih jauh lagi didasarkan pada kekuatan masing-masing situasi dengan tujuan dari evaluasi kritik atau latar belakang tujuan desain.
Kriteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Apa saja
Transformasi : Pengkiasan / Metaphora
Alat : - Tidak dapat diraba ( ide, konsep, kondisi manusia)
- Dapat diraba (tampilan visual, material)
- Kombinasi
Tampilan visual : Kemiripan visual, simbolik
h. Paradoks
Paradoks sesungguhnya merupakan sebuah saluran untuk keabadian. Paradoks adalah saluran yang paling diminati untuk kreativitas. Berdasarkan sejarah paradoks telah dikembangkan sebagai sebuah arti untuk mengkritik dan untuk menggambarkan sebuah titik kritis yang menyarankan jalan alternatif dalam menjalankan sesuatu. Hal ini diartikan sebagai tingkatan yang ironis yang didalamnya berisi humor dan pada saat subjek menjadi duniawi, seringkali seperti mencari Tuhan.
Kriteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Pemikiran prasangka
Transformasi : Pembalikan, pembelokan, dekonstruksi
Alat : Massa, tampak, denah
Tampilan visual : di luar pandangan umum manusia
i. Geometri
Berkaitan dengan kreatifitas arsitektural geometri memiliki daya tarik tersendiri. Dimulai dari Plato yang merupakan tokoh pertama yang mengungkapkan unsur kepastian dan hokum-hukum yang mengatur zat padat sebagai zat padat Platonik. Sementara yang lain masih menunjukan kelemahan manusiawi yang seringkali terlupakaan dan tidak seorangpun mengetahui siapa yang menemukan garis agung dan bentuk terbalik.
Bentuk-bentuk geometri tertentu dapat menghasilkan struktur dan simbolisme karena pembahasan segi estetika bukan pada bentuk mana yang paling tepat tetapi mengenai kehalusan penerapannya. Elemen-elemen bangunan yang kelihatan. Sub elemen ketinggian, kesesuaian dan ketidaksesuaian setiap bagian dengan keseluruhan bangunan mendapat perhatian dalam porsi yang besar. Geometri menawarkan kesiapannya untuk melayani kreatifitas yang kuat karena tidak peduli apa yang terjadi.
Kriteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Bentuk-bentuk geometri
Transformasi : Peningkatan dimensi, pemejalan, pengosongan
Alat : Massa
Tampilan visual : Grid monotonic, blank box, bidang dan volume
j. Poetry dan literature
Apresiasi terhadap suatu karya dan variasi konsep dari grup satu ke grup lain, dari budaya satu kebudaya lain akan berbeda dalam mental image, kolektif memori dan perilaku. Watak negative dan positif penerima dari poetry dan literature akan sangat berguna sebagai makna untuk rangsangan idea atau aspirasi arsitektural. Sehingga rangsangan aspirasi dari poetry dan literature ini secara umum dapat dibedakan menjadi dua. Pertama inspirasi langsung yaitu interpretasi literal dari penggambaran lingkaran kerja literature . kedua adalah kasus inspirasi ketika arsitek di ilhami oleh suatu bacaan yang dia baca dan termotifasi untuk menulis. Arsitek mencatat ide-idenya dan menjadikannya tulisan secara sistematik baik dalam wujud fiksi, puisi ataupun easy yang sebelum atau sesudahnya telah dilanjutkan untuk catatan pribadi ataupun untuk dipublikasikan.
Kriteri saluran transformasi ini adalah :
Tema : Cerita, struktur, bahasa suatu poetry atau leteratur
Transformasi : Penggambaran, pengkiasan
Alat : Tampak, massa, situasi
Tampilan visual : Penekanan wujud dan bentuk


3. Kaitan moda dan saluran transformasi
Moda transformasi adalah penggolongan umum mengetahui makna yang disalurkan dalam arsitektur. Sedangkan saluran transformasi lebih merupakan saluran kreatifitas untuk mencapai wujud karya arsitektur yang termuat oleh makna yang dimaksud.
Moda transformasi dapat dilaksanakan untuk memenuhi maksud tujuannya dalam menyampaikan makna (deep structure ) ke dalam tampilan karya arsitektur (surface structure) dengan memulai saluran-saluran transformasi yang kriterianya tergolong dalam moda tersebut. Adapun saluran moda untuk mengubah struktur dari deep structure ke dalam surface structure sehingga terwujud karya arsitektur adalah :
a. Moda Pragmatik, dengan saluran material
b. Moda Typologic, dengan saluran pemalihan, eksotik dan multicultural, kompleksitas dan kontradiksi
c. Moda Analogic, dengan saluran historicism dan preseden, imagery, mimesis dan literality, metaphor, paradoks, poetry dan literature
d. Moda Canonic, dengan saluran geometri

4. Tampilan visual
Seorang pengamat akan menginterpretasi suatu tempat sebagai mana yang dimiliki oleh tempat tersebut. Interpretasi ini sebagian besar sesuai dengan bentuk visual yang ditampilkan oleh tempat tersebut. Sehingga ketika makna ini mendukung tanggapan, maka tempat tersebut dikatakan memiliki kualitas yang disebut kecocokan visual ( Bantley dalam rahmatia 2009 ).
Kecocokan visual suatu tempat dapat diperkuat suatu pemberian interpretasi lingkungan dengan dukungan dari tiga tingkatan yang berbeda. Pertama, dengan dukungan sifatnya yang mudah dibaca, baik dalam hal bentuk maupun guna. Kedua, dengan dukungan keragamannya. Sedangkan yang ketiga adalah dengan dukungan lingkungan yang menawarkan pilihan aktifitas baik dalam skala besar maupun kecil.
Detil tampilan dari keragaman bangunan hendaknya dapat membantu pembacaan mengenai apa yang terjadi dengan pembuatan image suatu lingkungan agar terlihat cocok sebagaimana latar masing-masing pengguna atau pengamat. Sedangkan mengenai tawaran aktifitas, haruslah mampu memperkuat potensi tawaran pilihan ini dengan memperlihatkan kesesuaian untuk seluruh pengguna. Sedangkan cirri-ciri visual lebih mengacu pada kualitas typology arsitektural.
Berdasarkan dari uraian teori transformasi, saluran transformasi yang sesuai dengan pokok latar belakang yang menerima material baru dan menjadikan sejarah sebagai titik berangkat adalah saluran transformasi material dan pemalihan dengan pengaplikasiannya pada detil bangunan.

Selasa, 11 Januari 2011

DESAIN KANTOR BUPATI SIGI MELALUI PENERAPAN ARSITEKTUR POSTMODERN


C. Arsitektur Postmodern
Gerakan arsitektur modern dapat dipandang sebagai cara pandang, meminjam istilah Lyotard, “masyarakat industrial”. Kemudian dalam perkembangan baru muncul fenomena “masyarakat post-industrial” yang memiliki cara pandang yang mengalami perubahan paradigma yang dikenal sebagai paradigma posmodernisme. Arsitektur sebagai bagian dari kebudayaan fisik manusia ikut mengalami perubahan cara pandang, yang kemudian disebut sebagai “Postmodernisme arsitektur”.
Jencks,1986 dalam Ikhwanudin,2005 menyatakan bahwa postmoderisme merupakan dialektika kritis terhadap ideology sebelumnya (modernisme). Posmodern adalah kombinasi teknik modern dengan sesuatu yang lainnya, temasuk bangunan tradisional, dengan demikian posmodernisme merupakan kritik dialogis dan sekaligus kelanjutan dari modernisme, dengan mengambil unsur-unsur positif seperti temuan bahan dan teknik konstruksi modern dan pemikiran fungsionalismenya. Namun keduanya diletakan secara proporsional.
Jencks,1986 dalam Ikhwanudin,2005 menyatakan lebih lanjut bahwa Posmodern sebagai akhir dari worldview tunggal dan perang terhadap segala bentuk totalitas, resistensi terhadap penjelasan tunggal, penghargaan terhadap perbedaan dan penerimaan terhadap (karakter) regional, lokal dan khusus. Posmodernisme merupakan kelanjutan dari modernisme dan transendensinya, sebuah aktivitas ganda, yang mengakui hubungan kompleks masa kini dengan paradigma dan worldview sebelumnya. Postmodern didefinisikan sebagai double coding yakni kombinasi teknik-teknik modern dengan yang lain, biasanya bangunan tradisional yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan masyarakat dan kelompok minoritas tertentu, umumnya arsitek.
1. Langgam arsitektur posmodern
a. Purna modern yang dikomunikasikan adalah identitas regional, identitas kultural, dan identitas historikal. Hal-hal yang ada di masa silam itu dikomunikasikan, sehingga orang bisa mengetahui bahwa arsitektur itu hadir sebagai bagian dari bagian dari perjalanan manusia.
b. Neo modern, mengkomunikasikan kemampuan teknologi dan bahan untuk berperan sebagai elemen artistic dan estetik yang dominan
c. Dekontruksi, yang dikomunikasikan adalah:
1) Unsur–unsur yang paling mendasar, essensial, substansial yang dimiliki oleh arsitektur.
2) Kemampuan maksimal untuk berarsitektur dari elemen–elemen yang essensial maupun substansial.
Sehingga dapat dikatakan bahwa:
Arsitektur purna modern memiliki kepedulian yang besar pada masa lalu
Arsitektur neo modern memiliki kepedulian yang besar pada masa kini.
Arsitektur dekontruksi tidak mengikatkan diri pada salah satu dimensi.

2. Ciri – ciri umum arsitektur postmodern
Untuk lebih memperjelas pengertian arsitektur postmodern, Charles Jencks memberikan daftar ciri–ciri sebagai berikut:
a. Ideological, yaitu suatu konsep bersistem yang menjadi asas pendapat untuk memberikan arah dan tujuan. Jadi dalam pembahasan Arsitektur post modern, ideological adalah konsep yang memberikan arah agar pemahaman arsitektur post modern bisa lebih terarah dan sistematis
1) Double coding of Style, bangunan post modern adalah suatu paduan dari dua gaya atau style, yaitu arsitektur modern dengan arsitektur lainnya.
2) Popular and pluralist, Ide atau gagasan yang umum serta tidak terikat terhadap kaidah tertentu, tetapi memiliki fleksibilitas yang beragam. Hal ini lebih baik dari pada gagasan tunggal.
3) Semiotic form, penampilan bangunan mudah dipahami, Karena bentuk–bentuk yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan atau maksud.
4) Tradition and choice, merupakan hal–hal tradisi dan penerapannya secara terpilih atau disesuaikan dengan maksud atau tujuan perancang.
5) Artist or client, mengandung dua hal pokok yaitu bersifat seni (intern) dan bersifat umum (extern), yang menjadi tuntutan perancangan sehingga mudah dipahami secara umum.
6) Elitist and participative, lebih menonjolkan suatu kebersamaan serta mengurangi sikap borjuis seperti dalam arsitektur modern.
7) Piecemal, penerapan unsur–unsur dasar, secara sub–sub saja atau tidak menyeluruh. Unsur–unsur dasar seperti: sejarah, arsitektur vernakular, lokasi, dan lain–lain.
8) Architect, as representative and activist, arsitek berlaku sebagai wakil penerjemah, perancangan dan secara aktif berperan serta dalam perancangan.
b. Stylistic (ragam), gaya adalah suatu ragam (cara, rupa, bentuk, dan sebagainya) yang khusus. Pengertian gaya – gaya dalam arsitektur post modern adalah suatu pemahaman bentuk, cara, rupa dan sebagainya yang khusus mengenai arsitektur post modern:
1) Hybrid Expression, penampilan hasil gabungan unsur–unsur modern dengan:
 Vernacular
 Local
 Metaphorical
 Revivalist
 Commercial
 Contextual
2) Complexity, hasil pengembangan ideology–ideology dan ciri–ciri post modern yang mempengaruhi perancangan dasar sehingga menampilkan perancangan yang bersifat kompleks.
3) – Pengamat diajak menikmati, mengamati, dan mendalami secara lebih seksama.
 Variable Space with surprise, perubahan ruang ruang yang tercipta akibat kejutan, misalnya: warna, detail elemen arsitektur, suasana interior dan lain–lain.
 Conventional and Abstract Form, kebanyakan menampilkan bentuk–bentuk konvensional dan bentuk–bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah ditangkap artinya.
 Eclectic, campuran langgam–langgam yang saling berintegrasi secara kontinu untuk menciptakan unity.
 Semiotic, arti yang hendak di tampilkan secara fungsi.
 Varible Mixed Aesthetic Depending On Context
 Expression on content and semantic appropriateness toward function. Gabungan unsur estetis dan fungsi yang tidak mengacaukan fungsi.
 Pro Or Organic Applied Ornament, mencerminkan kedinamisan sesuatu yang hidup dan kaya ornamen.
 Pro Or Representation, menampilkan ciri–ciri yang gamblang sehingga dapat memperjelas arti dan fungsi.
 Pro-metaphor, hasil pengisian bentuk–bentuk tertentu yang diterapkan pada desain bangunan sehingga orang lebih menangkap arti dan fungsi bangunan.
 Pro-Historical reference, menampilkan nilai-nilai histori pada setiap rancangan yang menegaskan ciri-ciri bangunan.
 Pro-Humor, mengandung nilai humoris, sehingga pengamat diajak untuk lebih menikmatinya.
 Pro-simbolic, menyiratkan simbol-simbol yang mempermudah arti dan yang dikehendaki perancang.
c. Design ideas ( Ide-Ide Desain ), ide-ide desain adalah suatu gagasan perancangan. Pengertian ide-ide desain dalam Arsitektur Post Modern yaitu suatu gagasan perancangan yang mendasari Arsitektur Post Modern.
1) Contextual Urbanism and Rehabilitation, kebutuhan akan suatu fasilitas yang berkaitan dengan suatu lingkungan urban.
2) Functional Mixing, gabungan beberapa fungsi yang menjadi tuntutan dalam perancangan.
3) Mannerist and Baroque, kecenderungan untuk menonjolkan diri.
4) All Phetorical Means, bentuk rancangan yang berarti.
5) Skew Space and Extensions, pengembangan rancangan yang asimetris-dinamis.
6) Ambiquity, menampilkan ciri-ciri yang mendua atau berbeda tetapi masih unity dalam fungsi.
7) Trends to Asymetrical Symetry, menampilkan bentuk-bentuk yang berkesan keasimetrisan yang seimbang.
8) Collage/Collision, gabungan atau paduan elemen-elemen yang berlainan.
Dalam arsitektur postmodern terdapat beberapa metode perancangan yang terbagi atas dua kelompok yaitu pertama, metode perancangan utama dan metode perancangan pendukung.
Metode perancangan utama meliputi:
a. Representasi (metaphor dan simbolisasi ), Arsitektur didefinisikan sebagai representasi dari sesuatu yang lain, meluas menuju bahasa, dimana metaphor arsitektur menjadi lazim. Jadi, metaphor adalah bagian dari representasi. Arsitektur posmodern menerima penggunaan bentuk-bentuk metaforik dan simbolik yang memberi peluang pemaknaan yang lebih kaya. Metafora adalah teknik melihat suatu objek dengan kacamata objek lain,. Setiap orang akan melihat sebuah bangunan dengan cara mencari hubungan dengan objek lain yang serupa dengan bangunan tersebut.
Metafor adalah kiasan atau ungkapan bentuk pada bangunan yang diharapkan mendapatkan tanggapan dari masyarakat yang menikmati atau memakainya.
Metaphor dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1) Mentransfer referensi dari sebuah subjek ke subjek yang lain.
2) Mencoba melihat subjek seolah-olah sebagai sesuatu yang lain.
3) Memindahkan fokus penelitian dari satu area kosentrasi kedalam area kosentrasi yang lain.
4) Simbolisasi
b. Hybrid dan Both and adalah sebuah metode untuk menciptakan sesuatu dengan pola-pola lama (sejarah), namun dengan bahan dan teknik baru. Dengan kata lain, menggabungkan bentuk-bentuk tradisional dengan teknik modern. Dipihak lain Kurokawa mendefinisikan hybrid berarti menggabungkan atau mencampur berbagai unsur terbaik dari budaya yang berbeda, baik antara budaya masa kini dengan masa lalu (diakronik), atau antar budaya masa kini (sinkronik). Dengan demikian hybrid menurut kurokawa berarti menerima penggunaan referensi majemuk (plural references) yang lintas budaya dan sejarah. Kekayaan makna diciptakan dengan melakukan manipulasi kode-kode referensi yang telah mapan dan memadukan atau menggabungkan kode-kode referensi yang telah dimanipulasi tersebut dalam desain. Metode perancangan hybrid dinyatakan oleh Jencks,1978 dalam ikhwanudin,2005 dengan hybrid language, yaitu “mix old pattern and new technics or tradition and choice”, sedangkan Kurokawa,1991 dalam Ikhwanudin,2005 menyatakannya sebagai hybridization dan Venturi,1966 dalam Ikhwanudin,2005 menyebut sebagai hybrid saja.
Metode hybrid dilakukan melalui tahapan-tahapan quotation, manipulasi elemen dan unifikasi atau penggabungan. Metode ini memiliki kesamaan berfikir dengan metode both and versi Venturi yang meliputi tatanan, fragmentasi dan infleksi dan juxtaposition atau superimposisi. Metode hybrid berpikir dari elemen atau bagian menuju keseluruhan. Sebaliknya pada metode both and, berpikir dilakukan dari keseluruhan menuju elemen atau bagian.
Tahapan metode hybrid adalah sebagai berikut :
1. Eklektik atau quotation
Eklektik artinya menelusuri dan memilih perbendaharaan bentuk dan elemen arsitektur dari massa lalu yang dianggap potensial untuk diangkat kembali. Eklektik menjadikan arsitektur masa lalu sebagai titik berangkat, bukan sebagai model ideal. Asumsi dasar penggunaan arsitektur masa lalu adalah telah mapannya kode dan makna yang diterima dan dipahami oleh masyarakat. Di sisi lain, quotation adalah mencuplik elemen atau bagian dari suatu karya arsitektur yang telah ada sebelumnya.
2. Manipulasi dan modifikasi
Elemen-elemen atau hasil quotation tersebut selanjutnya dimanipulasi atau dimodifikasi dengan cara-cara yang dapat menggeser, mengubah dan atau memutarbalikan makna yang telah ada.
Beberapa teknik manipulasi yaitu :


a) Reduksi atau simplifikasi
Reduksi adalah pengurangan bagian-bagian yang dianggap tidak penting. Simplifikasi adalah penyederhanaan bentuk dengan cara membuang bagian-bagian yang dianggap tidak atau kurang penting.
b) Repetisi
Repetisi artinya pengulangan elemen-elemen yang di-quotationkan, sesuatu yang tidak ada pada referensi.
c) Distorsi bentuk
Perubahan bentuk dari bentuk asalnya dengan cara misalnya dipuntir (rotasi), ditekuk, dicembungkan, dicekungkan dan diganti bentuk geometrinya.
d) Disorientasi
Perubahan arah (orientasi) suatu elemen dari pola atau tatanan asalnya.
e) Disporsisi
Perubahan proporsi tidak mengikuti system proporsi referensi (model).
f) Dislokasi
Perubahan letak atau posisi elemen di dalam model referensi sehingga menjadi tidak pada posisinya seperti model referensi.
3. Penggabungan (kombinasi atau unifikasi)
Penggabungan atau penyatuan beberapa elemen yang telah dimanipulasi atau dimodifikasi ke dalam desain yang telah ditetapkan ordernya.
Metode hybrid bertujuan untuk menyusun suatu makna dari kode-kode yang telah mapan dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga maknanya berubah atau bergeser dari makna asalnya. Metode hybrid memungkinkan terciptanya makna yang kaya karena berasal dari beberapa kode yang telah mapan. Kode-kode yang memiliki makna yang mapan adalah kode-kode yang berasal dari sejarah dan tradisi yang telah dipahami maknanya oleh masyarakat. Kode dari masa kini menyangkut realitas kehidupan masa kini. Kode adalah bentuk dengan karakter , aturan, atau pola tertentu. Apabila kode ini diubah karakter, bentuk aturan atau polanya, dengan tetap mempertahankan esensinya, kode-kode tersebut telah mengalami pergeseran makna. Namun, apabila perubahannya sampai mengubah esensinya, maknanya menjadi kabur, tidak mudah dipahami.
Metode hybrid terdiri dari beberapa tahap yaitu quotations petikan langsung atau eklektik, manipulasi elemen yang dipetik langsung dan kombinasi elemen-elemen. Ketiganya merupakan urutan proses dan menjadi satu kesatuan. Perbedaan antara tiap elemen adalah sejauh mana tingkat manipulasinya.
c. Kontekstual, Arsitektur postmodern adalah arsitektur yang kontekstual. Kontekstual didefinisikan sebagai suatu doktrin yang menekankan pentingnya konteks dalam membangun makna, seperti setting tempat bangunan diletakan, situsnya, karakter lingkungannya (burden,1988 dalam ikhwanudin 2005).

Metode perancangan pendukung meliputi:
a. Ornamen dan dekorasi, arsitektur postmodern menerima kehadiran ornament dan dekorasi. Ornament adalah hiasan yang ditempelkan pada elemen struktural, sedangkan dekorasi adalah hiasan yang diletakkan pada elemen-elemen nonstruktural.
b. Improvisasi, metode improvisasi bertujuan membantu mencapai kekayaan makna.
c. Kaya warna ( polychromy), arsitektur posmodern cenderung menggunakan warna yang kaya (polychromi). Selain itu, tiap warna dapat memiliki nilai simbolis yang khas.
Berdasarkan uraian ciri-ciri umum arsitektur postmodern, terdapat hybrid Expression, sebagai salah satu style bangunannya. Pada kasus ini, Penerapan style hybrid menampilkan hasil gabungan unsur–unsur modern dengan bangunan tradisionalnya, yakni penggabungan bangunan adat Baruga dan Lobo yang keduanya berada di Kabupaten Sigi dengan fungsi ruang yang mendekati fungsi bangunan untuk peruntukan Kantor Bupati sebagai wadah pemaksimalan tata kerja pemerintahan. Proses transformasi yang sesuai yang nantinya akan menghasilkan style hybrid yang tidak sempurna sehingga makna dan bentuk bangunannya tidak terlalu disamarkan, mengingat bangunan yang yang digunakan sebagai objek transformasinya adalah bangunan adat.